BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kreatinin
adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma
dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Kreatinin
adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma
dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Pemeriksaan
kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan
laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens.
Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran
tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada
gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg /
dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini
mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.
1.2
Tujuan
Percobaan
Mahasiswa
diharapkan mampu melakukan penentuan kadar kreatinin urin menggunakan
spektrofotometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kreatinin
Kreatinin adalah produk protein otot
yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan
kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang
sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan
sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar
yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi
ginjal. (Corwin J.E, 2001). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum
mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %, demikian juga
peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi
ginjal sebesar 75 %. ( Soeparman dkk, 2001 )
2.1.1 Metabolisme Kreatinin
Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin,
ia dibentuk sebagian besar dalam otot dengan pembuangan air dari kreatinfosfat
secara tak reversibel dan non enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah
dan urin. Pembentukan kreatinin rupanya adalah langkah permulaan yang
diperlukan untuk ekskresi sebagian besar kreatinin. (Harper, 1997)
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah :
a.
Perubahan massa otot.
b.
Diet kaya daging
meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan.
c.
Aktifitas fisik yang
berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
d.
Obat obatan seperti
sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi
kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
e.
Kenaikan sekresi
tubulus dan destruksi kreatinin internal.
f.
Usia dan jenis kelamin
pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda, serta pada
laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.( Sukandar E, 1997 ).
2.1.3 Fisiologi Kreatinin Cara Deproteinasi
Cara ini adalah dengan penambahan TCA
1,2 N pada serum sebelum dilakukan pengukuran, setelah diputar dengan kecepatan
tinggi antara 5-10 menit maka protein dan senyawa-senyawa lain akan mengendap
dan filtratnya digunakan untuk pemeriksaan. Tes linier sampai dengan
konsentrasinya 10 mg /dl serum dan 300 mg / dl urin. Cara deproteinasi ini
banyak memerlukan sampel dan waktu yang di perlukan lama sekitar 30 menit.(
Underwood, 1997)
2.1.4 Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Deproteinasi
Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin
cara deproteinasi :
a.
Trichlor acetic acid (
TCA ) terlalu pekat.
b.
Konsentrasi TCA salah (
apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan warna ).
c.
Waktu inkubasi tidak
diperhatikan ( 20 menit ).
d.
Kekeruhan dalam
supernatan setelah deproteinasi ( waktu deproteinasi endapan diaduk beberapa
kali / sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit ).
e.
Sampel yang diperlukan
telalu banyak dan waktu terlalu lama. TCA pada suhu kamar mudah terurai maka
penyimpanannya di almari es ( ± 2 - 8° C ). (Sylvia, 1994)
2.1.5 Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Deproteinasi
Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin
cara deproteinasi : Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll
sudah terikat dengan TCA sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitogen.
(Sylvia, 1994)
2.1.6 Fisiologi Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Cara ini adalah fixed time kinetik, yaitu
pengukuran kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan
ketepatan waktu pembacaan. Tes linier sampai dengan konsentrasi 13 mg / dl
serum dan 500 mg per / dl urin. Cara tanpa deproteinasi ini hanya memerlukan
sedikit sampel dan waktu yang diperlukan cukup singkat sekitar 2 menit. (
Underwood, 1997)
Faktor
Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin
cara tanpa deproteinasi :
a.
Pencampuran reagen
kerja tidak dengan perbandingan 1 : 1 yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.
b.
Adanya gangguan
terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu. (Sylvia,
1994)
Faktor
Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Ada beberapa faktor keuntungan
kreatinin cara tanpa deproteinasi :
a.
Waktu yang diperlukan
cukup singkat ( 2 menit ).
b.
Sampel yang diperlukan
hanya sedikit ( 100 ul ). ( Underwood, 1997)
2.2 Fungsi Ginjal
Ginjal mempunyai berbagai fungsi
antara lain :
a.
Pengeluaran zat sisa
organik, seperti urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian hemoglobin
dan hormon.
b.
Pengaturan konsentrasi
ion ion penting antara lain ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat dan
fosfat.
c.
Pengaturan keseimbangan
asam basa tubuh.
d.
Pengaturan produksi sel
darah merah dalam tubuh.
e.
Pengaturan tekanan
darah.
f.
Pengendalian terbatas
terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
g.
Pengeluaran zat beracun
dari zat tambahan makanan, obat obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh. (Harper,
1997)
2.2.1 Mekanisme
Filtrasi Ginjal
Glomerolus adalah bagian kecil dari
ginjal yang melalui fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter
darah yang mengandung 500 ml plasma, mengalir melalui semua glomeruli dan
sekitar 100 ml ( 10 % ) dan disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam,
glukosa dan benda halus lainnya disaring dan tetap tinggal dalam aliran darah.
( Guyton CA, 1997)
Cairan yang disaring yaitu filtrasi
glomerolus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap
semua bahan yang diperlukan tubuh dan meninggalkan yang tidak diperlukan.
Keadaan normal semua glukosa diabsorpsi kembali, kebanyakan produk sisa buangan
dikeluarkan melalui urine, diantaranya kreatinin dan ureum. Kreatinin sama
sekali tidak direabsorpsi di dalam tubulus, akan tetapi sejumlah kecil
kreatinin benar-benar disekresikan ke dalam tubulus oleh tubulus proksimalis
sehingga jumlah total kreatinin meningkat kira-kira 20 %. ( Guyton CA, 1997)
Jumlah filtrasi glomerolus yang dibentuk
setiap menit pada orang normal rata-rata 125 ml per menit, tetapi dalam
berbagai keadaan fungsional ginjal normal dapat berubah dari beberapa mililiter
sampai 200 ml per menit, jumlah total filtrat glomerolus yang terbentuk setiap
hari rata-rata sekitar 180 liter, atau lebih dari pada dua kali berat badan total,
90 persen filtrat tersebut biasanya direabsorpsi di dalam tubulus, sisanya
keluar sebagai urin. ( Evelyn C, 1999).
2.3 Manfaat Pemeriksaan Kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal,
karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif
konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe
reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg / dl; wanita 0,6 sampai 1,1 mg /
dl. ( Sodeman, 1995 )
Pemeriksaan kreatinin darah dengan
kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus,
yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi
rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya
gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang
berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan
bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat
progresifitas penyakit. ( Sodeman, 1995 )
2.4 Metode Pemeriksaan
Beberapa metode yang sering dipakai
untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah :
a.
Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning
jingga. Menggunakan alat photometer.
b.
Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya
dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer.
c.
Enzimatik Darah
Dasar metode ini adalah adanya
substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa substrat
menggunakan alat photometer.
Dari ketiga metode di atas, yang
banyak dipakai adalah “ Jaffe Reaction ”, dimana metode ini bisa
menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa deproteinasi.
Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya adalah
untuk deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan
tanpa deproteinasi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu antara 2-3
menit. ( Underwood, 1997)
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan
Kreatinin
Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu
pemeriksaan kadar kreatinin darah hingga menyebabkan overestimasi nilai
kreatinin sampai 20 persen adalah : Aseton, Asam askorbat, Bilirubin, Asam
urat, Asam aceto acetat, Piruvat, Barbiturat, sefalosporin, metildopa.
Senyawa-senyawa tersebut dapat member reaksi terhadap reagen kreatinin dengan
membentuk warna yang serupa kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar
kreatinin tinggi palsu. Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin
darah juga sangat tergantung dari ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel,
ketepatan reagen, ketepatan waktu dan suhu inkubasi, pencatatan hasil
pemeriksaan dan pelaporan hasil. ( Sodeman, 1995 )
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Alat
dan Bahan (sifat fisika dan kimia)
a. Alat :
§ Spektrofotometer
§ Kuvet
§ Pipet
tetes
§ Gelas
kimia
§ Gelas
ukur
b. Bahan :
- Urin
Sifat fisika :
-
Berupa cairan
-
Berwarna bening/orange
pucat tanpa endapan
-
Mempunyaibau yang
menyengat
Sifat kimia :
-
Bersifat asam pH
rata-rata 6
-
Komposisi urine adalah
96% air, Natrium, PigmenEmpedu,, 1,5% garam, Kalium, Toksin, 2,5%
urea, kalsium, Bikarbonat, Kreatinin N, Magnesium, Kreatini, Khlorida,
Asamurat N, Sulfatanorganik, Asamurat, Fosfatanorganik, Amino N, Sulfat,
Amonia N danHormon
(Armstrong,
1998)
- Pikrat
-
NaOH 10%
Sifat
fisika
-
Penampilan zat padat
putih
Sifat
kimia
-
NaOH sangat mudah menyerap gas CO2
-
Senyawa ini sangat mudah larut dalam air
-
Merupakan larutan basa kuat
-
Sangat korosif terhadap jaringan Organik
-
Tidak Berbau
(mulyono, 2008)
(mulyono, 2008)
-
Asam pikrat 1%
Sifat fisika :
-
Berbentuk kristal
-
Warna kuning
Sifat kimia :
-
Bersifat toksik/racun
-
Bersifat eksplosive
- Akuadest
Sifat fisika :
-
Berat molekul : 18.0153
gr/mol
-
Titik leleh : 00C
-
Titik didih : 1000C
-
Berat jenis : 0.998
gr/cm3
-
Berupa cairan yang
tidak berwarna dan tidak berbau.
-
Memiliki gaya adhesi
yang kuat.
Sifat kimia :
-
Memiliki
keelektronegatifan yang lebih kuat daripada hidrogen.
-
Merupakan senyawa yang
polar.
-
Memiliki ikatan van der
waals dan ikatan hidrogen.
-
Dapat membentuk
azeotrop dengan pelarut lainnya.
-
Dapat dipisahkan dengan
elektrolisis menjadi oksigen dan hidrogen.
-
Dibentuk sebagai hasil
samping dari pembakaran senyawa yang mengandung hidrogen.
(Mulyono,2009)
3.2
Prosedur
Percobaan (Diagram Alir)
Kuvet
|
-
Ambil 8 kuvet, pada
kuvet 1 berisi blanko kuvet 2 berisi WS1 kuvet 3 berisi WS2
kuvet 4 berisi WS3 kuvet 5 berisi WS4 kuvet 6 berisi WS5
kuvet 7 berisi SP1 dan kuvet 8 berisi SP2.
-
Masukan setiap kuvet
secara bergantian ke dalam spektrofotometer yang panjang gelombangnya sudah
diatur sepanjang 370 nM.
-
Catat absorbansi yang
dihasilkan. Ulangi 3 kali untuk kuvet yang berisi sampel.
Absorbansi
|
keterangan :
-
Blanko berisi 5 ml asam
pikrat dan 10 ml akuadest
-
WS1 berisi 5
ml asam pikrat dan 9 ml akuadest
-
WS2 berisi 5
ml asam pikrat dan 8 ml akuadest
-
WS3 berisi 5
ml asam pikrat dan 7 ml akuadest
-
WS4 berisi 5
ml asam pikrat dan 6 ml akuadest
-
WS5 berisi 5
ml asam pikrat dan 5 ml akuadest
-
SP1 berisi 2
ml urine yang sudah diencerkan 5 ml asam pikrat dan 8 ml akuadest
-
SP2 berisi 2 ml urine yang
sudah diencerkan 5 ml asam pikrat dan 8 ml akuadest
3.3
Fungsi
Bahan
a. Urin
Sampel
yang diuji kadar kreatinin
b. Pikrat
Reagen
dalam pengujian
c. Akuadest
Pelarut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data
Pengamatan
Blanko
|
WS1
|
WS2
|
WS3
|
WS4
|
WS5
|
SP1
|
SP2
|
|
Sampel
|
2
|
2
|
||||||
WS
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Asam
pikrat
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Aquades
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
8
|
8
|
Absorbansi
|
0,095
|
0,103
|
0,100
|
0,102
|
0,110
|
0,110
|
0,140
|
0,130
|
0,140
|
0,129
|
|||||||
0,141
|
0,129
|
4.3
Pembahasan
Pada praktikum
kali ini kita melakukan uji terhadap kadar kreatinin urine. Kreatinin adalah
produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang
dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 – 1,2 mg/dl. Di atas rentang
itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Batas normal
ureum : 20 – 40 mg/dl dan batas normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl.
Pada saat
praktik kita menggunakan bahan yaitu asam pikrat 1% + NaOH 10%, akuadest, dan
urine. Dengan menggunakan alat spektrophotometer dalam menentukan panjang
gelombang sampel, sehingga diperolehlah data yaitu blanko = 0,095nM; WS1
= 0,103; WS2 = 0,100; WS3 = 0,102; WS4 =
0,110; WS5 = 0,110; SP1 = 0,140; 0,140; 0,141; SP2 =
0,130; 0,129, 0,129. Setelah mendapatkan data tersebut masukan data tersebut
kedalam kurva sehingga di dapat y = 0,027x + 0,084 dan R² = 0,772. R2
yang dapat dipakai minimal adalah 0,9 – 1. Dan dari hasil perhitungan di
dapatlah kadar kreatinin urinenya yaitu 1,87 mg/100 ml.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini didapatlah kadar kreatinin urine
yaitu sebesar 1,87 mg/100 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2001. Buku Suku
Patafisiologi (hands book of pathophysiologi) Jakarta: EGC.
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi
untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.
Guyton,
Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor:
Irawati Setiawan. Jakarta :EGC.
Harper,
H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review of physiological
chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange Medical Publications. Los Altos, California.
Sodeman,
W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman
Patofisiologi. Edisi 7. Jilid II. Penerjemah:
Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.
Soeparman,
dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sukandar
E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik
in Nefropati Klinik. Edisi ke- 2.
Bandung : Penerbit ITB.
Sylvia
& Lorraine. 1994. Patofisiologi,
Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Underwood.
1997. Patologi Umum & Sistematik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.