BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanah
(bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang
tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah mrupakan system terpadu yang
saling terkait dalam berbagai kondisi fisik,kimia serta proses biologi yang
secara nyata dipengaruhi oleh factor lingkungan(Rai et al.,2010).
Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal
sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang
lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.
Tanah
berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik
yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''.
Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas
lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui
tubuh tanah tersebut.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami morfologi bakteri tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
Bakteri
berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa
dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan
uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa
nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. Istilah “bakteri” telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk
kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka
(Hugenholtz, 1998).
Bakteri adalah mikroorganisme yang
paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di
mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak
patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya
berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter
(Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan
jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang
bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela
kelompok lain (Martinko, 2005).
Kondisi lingkungan yang mendukung
dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu,
kelembapan, dan cahaya ( Funke , 2004).
Suhu, berdasarkan kisaran suhu
aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan: (1). Bakteri psikrofil, yaitu
bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C.
(2). Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° –
55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C. (3). Bakteri termofil, yaitu bakteri yang
dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 50 –
65°C Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam
sumber air panas bersuhu 93° – 500°C ( Funke, 2004).
Kelembapan, pada umumnya bakteri
memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air
dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada
proses pembekuan dan pengeringan.
Cahaya sangat berpengaruh pada
proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang
tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian.
Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan bahan makanan ( Funke , 2004).
Jika keadaan lingkungan tidak
menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu,
beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium
yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk
dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan
protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih
tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan
bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat
tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel
bakteri atau pada salah satu ujungnya (Holt ,1994)
2.2 Isolasi
Bakteri
Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh suatu kultur murni. Kultur murni adalah
kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan satu sel tunggal (Black,
1999).
Kultur
murni diperlukan karena semua metode septis mikrobiologis yang digunakan untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri
cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu populasi
yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Suhardi, dkk, 2008).
Biakan
murni bakteri adalah biakan yang terdiri dari satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai
medium pertumbuhan. Pada medium ini, bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak.
Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk
bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air dan molekul makanan
misalnya gula, sumber nitrogen, dan mineral (Purwoko, 2009).
Pembiakan
mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan
oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energy dalam
metabolism dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energy,
zat hara sebagai sumber C, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen serta
unsur-unsur tracelement (Meryandini, 2009).
Metode
agar-cawan merupakan metode yang paling sering dipakai. Metode ini telah lama
digunakan dalam penetapan mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah yang
terbawa erosi, air selokan, hasil pertanian, dan makanan. Prinsip penetapan
jumlah mikroorganisme dalam bahan tersebut adalah sama. Perbedaannya, adalah
dalam pengambilan dan penanganan contoh, pemilihan media, dan lama inkubasi
serta kondisi inkubasi. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa bahan
agar harus mengandung seminimum mungkin senyawa yang mempunyai energy segera
tersedia seperti gula dan protein (Majid, 2007).
2.3 Karakteristik
Bakteri Tanah
Bakteri
tanah dapat dikelompokkan dalam beberapa karakteristik, antara lain sebagai
berikut:
2.3.1 Pengelompokkan Berdasarkan
Sumber Makanan
Berdasarkan
sumber makanannya, bakteri tanah dibagi menjadi (Kusmiati, 2003):
a. Bakteri
autotrof atau bakteri lithotrofik, yaitu bakteri yang dapat menghasilkan
makanan sendiri, contohnya bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi, bakteri
pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat. Bakteri ini dibedakan lagi menjadi bakteri photoautotroph
dan bakteri kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri dengan sumber energy berasal dari sinar matahari.
Sedangkan bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan
sendiri dengan sumberenergi berasal dari oksidasi bahan organik.
b. Bakteri heterotrof atau bakteri
organotropik, yaitu bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organic atau
sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna maupun flora, dan baik makro
maupun mikro. Bakteri ini dikelompokkan menjadi bakteri photoautotroph dan
bakteri kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organic atau sisa-sisa makhluk hidup lain dengan sumber
energy berasal dari sinar matahari. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang
mendspatkan makanan dari bahan organic dengan sumber energy yang digunakan
berasal dari hasil oksidasi bahan organic.
2.3.2
Pengelompokkan Bakteri Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Pengelompokkan
bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu bakteri
aerob, bakteri anaerob dan bakteri mikroaerofilik. Bakteri aerob adalah bakteri
yang selama hidupnya sangat membutuhkan oksigen. Bakteri anaerob adalah bakteri
yang selama hidupnya tidak membutuhkan oksigen, bahkan bila terdapat oksigen
bakteri ini dapat mati. Sedangkan bakteri mikroaerofilik adalah bakteri yang
selama hidupnya hanya membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sedikit (Irianto,
2006).
2.3.3
Pengelompokkan Bakteri Berdasarkan Peranannya dalam Penyediaan hara bagi
Tanaman
Bakteri
kelompok ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu bakteri pemfiksasi nitrogen,
bakteri pelarut sulfat, dab bakteri pereduksi sulfat. Bakteri pemfiksasi
nitrogen dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan hubungannya dengan tanaman,
yaitu bakteri simbiosis, bakteri asosiasi, dan bakteri yang hidup bebas di
tanah (Hanafiah, dkk, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
-
Cawan petri
-
Tabung reaksi
-
Spuid
-
Gelas kimia
-
Inkubator
-
Pipet
-
Bunset
-
Autoklaf
-
Rak tabung reaksi
-
Mikroskop
-
Neraca analitik
-
Jarum ose
-
Kaca preparat
-
Deglass
3.1.2 Bahan
-
Tanah
-
Aquades
-
Nutrient
agar
-
Immersi
Oil
3.2
Cara
Kerja
1.
Keruk tanah sedalam 1-2
cm, ambil bagian tengahnya. Timbang 0,5 gram.
2.
Siapkan 6 tabung reaksi
yang sudah diisi dengan aquades sebanyak 9 ml yang telah di sterilisasi bersama
dengan cawan petri.
3.
Berikan label pada tabung reaksi dengan angka 1-6.
4.
Sampel
tanah yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dengan
tehnik aseptis (dekat lampu bunsen). Lalu dikocok-kocok agar homogen.
5.
Setelah
itu, cairan dari tabung reaksi 1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 sebanyak 1
ml dengan tehnik aseptis (dekat lampu bunsen). Kocok agar homogen. Lakukan
seterusnya dengan perlakuan yang sama hingga tabung ke 6.
6.
Cairan
dari tabung reaksi 4,5, dan 6 dimasukkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri
dengan tehnik aseptis (dekat api bunsen). Media NA yang telah disiapkan,
kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing cawan petri lalu diputar-putar sampai
merata.
7.
Cawan
petri didiamkan beberapa menit agar media di dalamnya mengeras. Setelah itu,
cawan petri dibungkus dengan kertas koran. Media tersebut diinkubasi selama 2 x
24 jam. Setelah 2 x 24 jam, koloni bakteri yang tumbuh pada media diamati
dengan menggunakan mikroskop.
3.3
Diagram
Alir
-
Keruk tanah sedalam 1-2
cm, ambil bagian tengahnya. Timbang 0,5 gram.
-
Siapkan 6 tabung reaksi
yang sudah diisi dengan aquades sebanyak 9 ml yang telah di sterilisasi bersama
dengan cawan petri.
-
Berikan label pada tabung reaksi dengan angka 1-6.
-
Sampel
tanah yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dengan
teknik aseptis (dekat lampu bunsen). Lalu dikocok-kocok agar homogen.
-
Kemudian cairan pada
tabung reaksi 1 diambil 1 ml masukkan kedalam tabung reaksi 2, lakukan perlakuan
yang sama sampai tabung ke6.
-
Cairan
dari tabung reaksi 4,5, dan 6 dimasukkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri
dengan teknik aseptis (dekat api bunsen). Media NA yang telah disiapkan,
kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing cawan petri lalu diputar putar
sampai merata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Keterangan / Gambar
|
|
1.
|
Sterilisasi akuadest
|
|
|
2.
|
Penimbangan sampel (tanah)
|
Sebanyak 0,5 gr
|
|
3.
|
Masukan tanah ke dalam tabung reaksi
|
Dikocok agar homogeny
|
|
4.
|
Ambil 1 ml cairan dari tabung 1
|
Menggunakan spuid
|
|
5.
|
Masukan kedalam tabung 2
|
Menggunakan spuid
|
|
6.
|
Ambil 1 ml dari tabung 4,5, dan
6 masukan ke dalam cawan petri tambahkan Nutrien Agar, di putar-putar agar
Nutrien agar merata dan pertumbuhan bakteri sempurna. Diamkan beberapa menit
agar Nutrien agar membeku. Lalu masukan ke dalam incubator diamkan selama 2 x
24 jam.
|
Cawan petri setelah di incubator
|
|
7.
|
Lakukan pengamatan.
|
Hasil
incubator
|
|
8.
|
Ambil
bakteri menggunakan jarum ose, lalu letakan pada kaca preparat.
|
Kaca
preparat
|
|
9.
|
Tutup
kaca preparat menggunakan deglass, lalu tambahkan imersi oil di atas deglass.
|
|
|
10.
|
Lakukan pengamatan
menggunakan mikroskop.
|
|
|
Gambar Bakteri
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, kami ingin mengetahui morfologi bakteri tanah. Bakteri tanah dibagi menjadi
(Kusmiati, 2003):
a. Bakteri
autotrof atau bakteri lithotrofik, yaitu bakteri yang dapat menghasilkan
makanan sendiri, contohnya bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi, bakteri
pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat. Bakteri ini dibedakan lagi menjadi bakteri photoautotroph
dan bakteri kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri dengan sumber energy berasal dari sinar matahari.
Sedangkan bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan
sendiri dengan sumberenergi berasal dari oksidasi bahan organik.
b. Bakteri heterotrof atau bakteri
organotropik, yaitu bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organic atau
sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna maupun flora, dan baik makro
maupun mikro. Bakteri ini dikelompokkan menjadi bakteri photoautotroph dan bakteri
kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang mendapatkan makanan
dari bahan organic atau sisa-sisa makhluk hidup lain dengan sumber energy
berasal dari sinar matahari. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang
mendspatkan makanan dari bahan organic dengan sumber energy yang digunakan
berasal dari hasil oksidasi bahan organic.
Dalam
praktikum kali ini, digunakan media
Nutrient Agar yang berfungsi untuk mebiakkan berbagai macam mikroorganisme
serta kultur bakteri. Di dalam cawan petri terdapat sebuah titik yang berbentuk
bulat berwarna putih. Untuk mengamati bakteri, diambil sampel dari bagian putih
tersebut menggunakan jarum ose yang telah disterilkan dengan cara dipanaskan.
Jangan terlalu panas agar mikroba tidak mati. Kemudian sampel diletakkan di
atas kaca preparat yang telah ditetesi akuadest, lalu ditutup dangan kaca de
glass kemudian di tetesi dengan immerse oil lalu amati gambar pada mikroskop. Berdasarkan gambar yang diamati bahwa bakteri
di tanah yang kami amati adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa adalah
bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga
bakteri ini bersifat motil,berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Pseudomonas
aeruginosa tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
menfermentasikan karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan hasil negatif pada uji Merah Metil,danVoges-Proskauer. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di
alam,contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik.
Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial.
Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada
manusia normal tanpa menyebabkan penyakit.
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan
ukuran sekitar 0,6 x
2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri
tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk
rantai yang pendek. P.
aeruginosa termasuk bakteri gram negatif.Bakteri ini bersifat aerob,
katalase positif, oksidase positif, tidak mampumemfermentasi tetapi dapat
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika(flagel tunggal pada kutub) sehingga
selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuhdi air suling dan akan tumbuh
denganbaik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42oC. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai
media pembiakan karena kebutuhan nutrisinyasangat sederhana.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Morfologi bakteri tanah yang diamati adalah Bakteri Pseudomonas
aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2
μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram
negatif.Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak
mampumemfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak
berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika(flagel
tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuhdi air
suling dan akan tumbuh denganbaik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum
untuk pertumbuhan P.
aeruginosa adalah 42oC. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena
kebutuhan nutrisinya sangat sederhana.
5.2
Saran
Dalam praktikum sebaiknya mengikuti dengan cara
kerja yang telah ditentukan agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Black
J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince
Hall.
Hanafiah,
Kemas Ali. Dkk. 2003. Ekologi Dan Mikrobiologi Tanah.Jakarta: Rajawali Perss.
Irianto,
Koes. 2006.Mikrobiologi.Bandung: Yrama Widya.
Kusmiati,
Priadi Dodi. 2003. Kriopreservasi bakteri amilolitik Escherichia coli dengan krioprotektan
Berbeda. BioSMART 2003; 5: 21-24.
Majid,
Abdul.2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Meryandini
Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan karakterisasi enzimnya. Makara
Sains 2009; 13: 33-38.
Purwoko
T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara.
Suhardi,
Koesnandar, Indriani, Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan
Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam
Mitra Prima.
Suriawiria
U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Tarigan,
Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdiknas
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah
12/12/2012
Oleh Kelompok 3 :
- Asri Hikma Dewi
- Della Amelia Wardhani
- Lola Lirena
- Naila Azimah
- Pilipurnie
- Tri Aprianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar