Rabu, 06 Maret 2013

MIKROBIOLOGI PANGAN - STERILISASI ALAT


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita di laboratorium.
            Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan karena kontaminan meningkatkan persaingan di dalam mengkonsumsi substrat sehingga akan mengurangi perolehan, kontaminan dapat menghambat turbiditas sehingga dapat mengacaukan pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat, kontaminan dapat menghambat proses metabolisme sel sehingga akan mengurangi perolehan (Volk & Wheeler, 1993).
            Berdasar dari hal tersebut diatas, maka diadakanlah praktikum “Sterilisasi” ini guna memberikan pemahaman kepada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan kita tentang teknik atau tata cara sterilisasi dalam mikrobiologi.
1.2  Tujuan
1.      Mengenali alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi
2.      Memahami cara kerja dan penggunaan alat-alat dalam praktikum mikrobiologi
3.      Memahami teknik sterilisasi dalam praktikum mikrobiologi




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006).
2.1. Pengertian Sterilisasi
  • Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak terdapat mikroorganisme pada bahan atau barang tersebut.
(Diana Arisanti, 2004)
  • Sterilisasi merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya yang nyata dari kepentingan dasar dibanyak keadaan            .
(Anonymous, 2009)
  • Sterilisasi adalah setiap proses kimia , fisika dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan , terutama mikroorganisme
( Waluyo,2005).
  • Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti medium pertumbuhan mikroba atau peralatan laboratorium dari semua bentuk kehidupan.
(Iman, 2010)
  • Sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium.
(Achmad, 2007)

2.2. Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan cara fisik
a.   Pemanasan
          Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
1.    Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas :
a.    Panas membara
Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung gunting.
b.    Melidah – apikan
Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.
c.    Udara kering
Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengann temperatur 160 oC dianggap cukup.
2.    Panas Basah
Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121 oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
a.    Panas basah <100 oC (Pasteurisasi)
Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60 oC selama 30 menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan pada suhu 71,6 – 80 oC selama 15 – 30 detik kemudian cepat – cepat didinginkan.
b.    Panas basah pada suhu 100 oC
Di sini menggunakan air mendidih (suhu 100 oC) selama 10 menit. Untuk mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari berturut – turut selama 15 – 45 menit sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan pertama akan beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu 37 oC begituu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c.    Panas basah >100 oC
Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makanan.
b.  Filtrasi / Penyaringan
            Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat penyaringan yang memiliki pori – pori cukup kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak  sel, antibiotik dan asam amino.

c. Radiasi / Penyinaran
            Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet yang panjang gelombangnya antara 220 – 290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik.
2.    Sterilisasi Dengan Cara Kimia
Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud :
a.    Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
b.    Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan merkuroklorid
            Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya :
1.    Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
2.    Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
3.    Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil alkohol 70%.
(Lay, 1982)
3. Sterilisasi Secara Mekanik
Filter Bakteri
            Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik.
            Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi yang tinggi dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari peenyaring adalah parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban logam.
            Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan melalui filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus. Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip oleh adsorbsi pada dinding filter dan penghilangan partikel besar dari bahan yang mengandung virus.
            Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau bahan biologi yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi lain, filter bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini dibutuhkan yang mengandung bahan, bakteristatik, kecuali dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau merupakan larutan dosis tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak boleh ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak disterilkan dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril, filter dengan berbagai tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon murni (diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alat-alat ini mudah dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-glass mungkin lebih berguna untuk farmasis.
Filter seitz
            Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alkohol pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu dengan kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml. Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin.
Filter Swinny
            Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
Filter Fritted-Glass
            Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti corong Buchner.
Filter Berkefeld dan Mandler
            Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld disusun juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif. Tersedia dalam beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air dalam Bekerfeld atau Mandler.
Filter Selas
            Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari filter jauh dalam larutan.
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
            Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.




BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat Dan Bahan Serta Fungsi
a. Alat
1. Autoklaf: Digunakan untuk sterilisasi alat atau media lain (termasuk sterilisasi   basah)
b. Bahan
1. Koran                      : Untuk mebungkus bahan yang akan disterilisasi (Cawan Petri)
2.Kapas                       : Untuk menutup bahan yang disterilisasi (Tabung reaksi dan Erlenmeyer)
3. Tissu                        : Untuk membersihkan dan mengeringkan bahan yang disterilisasi.
4. Erlenmeyer              : Bahan yang disterilisasi
5. Cawan Petri                        : Bahan yang disterilisasi.
6. Aquadest                 : Bahan yang dimasukkan ke dalam autoklaf untuk memunculkan uap                                               panas.
7.Tabung Reaksi         : Bahan yang disterilisasi.


3.2 Diagram alir
1. Diagram alir  ( Sterilisasi tabung reaksi )
Tabung Reaksi
 

-          Tabung dicuci, lalu dikeringkan
-          Masukkan 9 ml akuades
-          Tutup dengan kapas steril
-          Letakkan dalam Autoclave
-          Lakukan sterilisasi selama 30-1 jam

Hasil
 




2.  Diagram alir ( Sterilisasi erlenmeyer )
Erlenmeyer
 


-          Tabung dicuci, lalu dikeringkan
-          Masukkan 225 ml akuades
-          Tutup dengan kapas steril
-          Letakkan dalam Autoclave
-          Lakukan sterilisasi selama 30 menit -1 jam
Hasil
 




3.  Diagram alir ( Sterilisasi cawan petri)
Cawan Petri
 


-          Tabung dicuci, lalu dikeringkan
-          Bungkus dengan Koran sampai rapat
-          Letakkan dalam Autoclave
-          Lakukan sterilisasi selama 30 menit -1 jam
Hasil
 





                    

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
           Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

No
Nama Alat
Gambar
1.
Autoclave
2.
Di dalam Autoclave
3.
Erlenmeyer
4.
Cawan Petri
5.
Tabung Reaksi

4.2 Pembahasan
Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu peruses untuk mematikan semua organismeyang terdapat pada atau didalam suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan diamati dan diisolasi terbebas dari mikroba lain (mikroba kontamina). Suatu bahan atau alat dikatakan steril bila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk sel vegetatife maupu spora sterilisasi dilakukan tehadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan. Sterlisasi dengan pemanasan ada 4 macam yaitu pemijaran, udara panas, uap air panas dan uap air panas bertekanan. Kemudian ada juga sterilisasi dengan metode penyinaran dan penyaringan.(dwidjoseputro. 2005)
Sebelum melakukan percobaan maupun penelitian alat dan bahan yang akan digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu. Alat yang digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilkan terlebih dahulu untuk membebaskan suatu bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Alat – alat yang di gunakan dalam strilisasi yaitu Autoklaf,Erlenmeyer, Tabung reaksi, Cawan petri,
Alat yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoclave yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoclave digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastic, larutan dan medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Autoclave juga dapat digunakan untk melisiskan mikroba. Adapun bagian-bagian dari autoclave adalah panic luar, panic dalam untuk meletakkan alat dan saluran uap, bagian penutup terdiri dari penunjuk tekanan dan saluran uap, terdapat katup dan pengunci.
Ketika ingin menggunakan autoclave, harus diisi dengan air sampai batas rang atau dasar yang berlubang-lubang tempat meletakkan alat. Alat-alat yang ingin disterilkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan koran (Cawan Petri) dan bagian mulutnya ditutup dengan kapas (Tabung reaksi,Erlenmeyer). Hal ini dilakukan untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan didalam alat-alat yang dipanaskan dan agar alat-alat tidak terkontaminasi dengan bakteri luar. Cara pembungkusannya yaitu menggunakan satu lembar kertas koran dibagi menjadi empat bagian. Caranya yaitu dengan melipat kertas koran yang telah menyelimuti cawan petri dengan sangat rapat dan tidak ada celah sedikitpun. Kertas koran hanya dapat digunakan satu kali, setelah dipakai tidak dapat digunakan lagi. Untuk tabung reaksi dan Erlenmeyer sebelum dimasukkan ke dalam autoclave bagian mulutnya ditutupi kapas, diisi dengan 9 ml akuades (Tabung Reaksi) dan 225 ml akuades (Erlenmeyer) agar alat-alap tersebut pada saat di dalam autoclave memunculkan uap.
Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam autoclave, selanjutnya tutup dipasang hingga pas. Kran pengatur tempat keluar air dibiarkan terbuka sampai uap air saja dan semu udara terdesak keluar dengan demikian didalam bejana hanya terdapat tekanan uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan tergantung pada jenis bahan atau alat yang disterilisasi.
Alat yang disterilisasi dapat dikatakan steril apabila tidak ada mikroba atau kontaminan pada alat tersebut. Indikasinya dapat diketahui pada saat alat tersebut digunakan sebagai wadah untuk penempatan media atau bahan yang lain. Jadi salah satu factor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada media buatan adalah tempat yang kurang steril. Namun, kemungkinan terjadinya kondisi tersebut cukup kecil.





BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·         Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda.
·         Metode sterilisasi ada beberapa macam, diantaranya sterilisasi dengan pemijaran, sterilisai dengan udara panas (oven), sterilisasi dengan uap panas, dan sterilisasi dengan uap bertekanan (autoclave)
·         Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif walaupun bentuk nonvegetatif (spora).
·         Alat yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoclave yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoclave digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastic, larutan dan medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Autoclave juga dapat digunakan untk melisiskan mikroba.
5.2 Saran
 Sebaiknya metode sterilisasi lebih bervariasi lagi, sehingga tidak hanya menggunakan metode uap air panas bertekanan (autoclave), bisa dengan uap air, penyaringan dan lain-lain. Agar lebih dapat memahami metode-metodenya.


DAFTAR PUSTAKA
·         Iman, M. S. 2010. Sterilisasi Dan Pembuatan Media Mikroba. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
·         Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
·         Lim. 1998. Seminar Pembekalan Etika dan Keselamatan Kerja di Laboratorium, Bagian Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran Unlam. Banjarbaru.
·         Penn. 1991. Peralatan Laboratorium. PT Gramedia. Jakarta.
·         Pratiwi, Sylvia T.2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Bandung Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G
·         Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.



OLEH KELOMPOK 4



Laporan Konseling Gizi di Posyandu


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. (Supariasa, 2002)
             Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia.  Hal itu, membuat antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. (Supariasa, 2002)
             Antropometri dapat dibagi menjadi dua, yaitu Antropometri Statis / structural (Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh) dan Antropometri dinamis/fungsional (pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya). (Supariasa, 2002)
             Selain itu, aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan lanjut usia. Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu ; pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan  massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan  massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran. (Supariasa, 2002).
Setelah dilakukan pengukuran di Posyandu Ramin III saya mengambil salah satu bayi sebagai sampel untuk dihitung nilai kebutuhan gizi.


1.2  Ulasan Kasus
1.      Identitas Balita
Nama                                       : Abdul Gani
Nama orangtua                       
Ayah                                       : -
Ibu                                          : Ny.Murni
Alamat                                    : Jl. Jati Raya
Tanggal lahir                           : 27 Agustus 2012
Kelahiran tunggal/ kembar      : Tunggal
Berat lahir                               :  3,8 Kg                     
Panjang badan lahir                 :   -
Kelahiran ke                            :  1
Umur berhenti menyusui         :  Gani masih menyusu sampai sekarang
Tujuan kunjungan                   :  Pemeriksaan Kesehatan
Umur                                       :  5 Bulan

2.      Data Subyektif
a.      Riwayat Nutrisi
Ibu Murni hanya memberikan ASI pada Gani, sampai sekarang dan  Ibu Murni berencana untuk memberikan ASI eksklusif sampai Gani genap berumur 6 bulan. Ibu Murni berencana akan memberikan MPASI seperti bubur susu dan pisang kepada Gani setelah Gani berumur 7 bulan.
b.      Riwayat Penyakit
Ø  Sekarang
Ketika dilakukan penimbangan berat badan terhadap Gani, menurut pernyataan ibu Gani tidak terjadi perubahan berat badan terhadap Gani/sama dengan penimbangan berat badan pada bulan sebelumnya.
Ø  Dahulu
Berdasarkan pernyataan ibu Murni, Gani jarang sekali terserang sakit dan jika ada sakit Gani hanya batuk, pilek dan demam.
Ø  Keluarga
Keadaan orang tua Gani tidak ada yang mengalami penyakit apapun dan Ibu Murni terlihat sehat dan baik pada saat mengantar anaknya ke posyandu.

c.       Data Sosial Ekonomi
Ibu Murni adalah seorang  ibu rumah tangga yang mengurus anaknya dan mengurus semua urusan rumah tangga. Mereka hidup sederhana dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3.      Data Obyektif
a.      Data Antropometri

Nama                     : Abdul Gani
Jenis kelamin         : Laki-laki
PB                         : 68,8 cm
BB                         : 8 kg
Umur                     : 5 bln
BBI                       n+9 = 7 kg
                                 2

¨      BB/U
Median            : 7,5
1 SD                : 8,4
Z-Score           8   -  7.5 = 0.5 = 0,55 ( status gizi normal )
                         8.4 - 7.5     0.9
¨      PB/U
Median            : 65,9
-1 SD               : 68,0
Z-Score           : 68.8 - 65.9 = 2.9 = 1,38 (status gizi normal )
                          68.0 - 65.9    2.1
¨      BB/TB
Median            : 8,1
1 SD                : 7,5
Z-Score           8   -   8.1 = -0.1 =  -0,16 ( status gizi normal )
                          8.1 - 7.5      0.6
¨      IMT/U
Median            : 17,3
-1 SD               : 15,3
IMT                 :      8       = 16,90
                          (0.688)2
Z-Score : 16.90 - 17.3 -0,4 = -0,2 ( status gizi normal )
              17.3 - 15.3         2

b.      Data Fisik Klinis

Abdul Gani mempunyai postur tubuh yang sedang dan sedikit gemuk, selain itu juga dia tidak rewel pada saat ditimbang dan diukur berat dan panjang badannya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Status Gizi
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa. IDN, 2002: 18).
Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
2.2.1 Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1)    Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2)    Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3)    Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang  menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4)     Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

2.2.2 Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1)    Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2)   Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,  1986).
3)   Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,  1986).

2.3 Faktor Yang Membantu Tercapainya Status Gizi yang Baik
Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain (Barasi, M.E, 2007: 90) :
1. Aktivitas fisik
Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin asupan makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang menunjang hidup mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya sendiri.
2. Interaksi sosial
Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka terhadap makanan.
3. Pemilihan makanan
Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua kelompok makanan dalam jumlah yang sesuai.

2.4 Metode Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung ( Supariasa. IDN, 2002: 18).
A.    Penilaian Status Gizi secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
1.      Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional Status).
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.


d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT =               berat badan (kg)                      
              tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat   atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan tingkat    ringan atau KEK ringan.
IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat        ringan.
IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
2.      Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
3.      Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
4.      Biofisik
Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

B.     Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a.        Survei Konsumsi Makanan
Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi

b.      Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c.       Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.


2.5  Alat dan Langkah Penggunaan serta Gambar Pengukuran Antropometri
1.      Timbangan  DACIN
Timbangan gantung ( Dacin) dan sarung timbang digunakan untuk bayi dan anak dibawah usia 2 tahun. Mereka harus ditimbang denagn tidak memakai baju atau dengan menggunakan baju seminimal mungkin. Setelah meletakkan bayi pada sarung, berat badan akan dapat diketahui dengan membaca skala.
2.      Tinggi Badan ( Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :
a. Usia kurang dari 2 tahun :
1.      Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran)
2.      Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi)
3.      Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4.      Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.

b. Usia 2 tahun atau lebih :
1.      Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
2.      Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
3.      Microtoice
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang. Dalam menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasang alat sebelum digunakan.Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaan pengukuran tinggi bada yang tepat untuk mendapatkan hasil yang benar.

Cara pemakaian microtoice :
a.         Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan permukaan lantai yang horizontal (180 derajat).
b.        Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
c.         Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
d.        Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih menunjukan angka “0”. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
e.         Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
f.         Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari subjek yang akan di ukur.
g.        Pastikan bahwa subjek tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala (Topi).
h.        Subjek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding  tepat dibawa mikrotoa (kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan)
i.          Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan sisi mikrotoa tetap menempel rapat ke dinding.
j.          Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan tegak lurus  dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil tinggi badan.
k.        Pencatatan tinggi badan silakukan dengan ketelitian satu angka sibelakang koma. (0,1)

2.6 Macam Klasifikasi Status Gizi
Tabel 1. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks IMT/U
Status
Z-Score
Sangat kurus
< -3 SD
Kurus
≥ -3 SD s/d < -2SD
Normal
≥ -2 SD s/d +2 SD
Gemuk
> +2 SD

Tabel 2. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks BB/U
Status
Z-Score
BB buruk
< -3 SD
BB Kurang
≥ -3 SD s/d < -2SD
BB Baik
≥ -2 SD s/d +2 SD
BB Lebih
> +2 SD

Tabel 3. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks TB/U
Status
Z-Score
Sangat pendek
< -3 SD                    
Pendek
≥ -3 SD s/d < -2SD
Normal
≥ -2 SD s/d +2 SD
Tinggi
> +2 SD


Tabel 4. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks BB/TB
Status
Z-Score
Sangat Kurus
< -3 SD
Kurus
≥ -3 SD s/d < -2SD
Normal
≥ -2 SD s/d +2 SD
Gemuk
> +2 SD

Sumber : Depkes RI, 2002.
2.7 Pengukuran pola asuh gizi
Pengukuran pola asuh gizi didasarkan pada kuesioner yang berkaitan dengan pola pemberian makan baik kuantitas maupun secara kualitas. Pola asuh gizi ini berkaitan dengan perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya, penyiapan makanan, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan serta praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian kesehatan.(Soekirman, 2006).


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Analisis Masalah
Masalah yang didapat dalam kasus ini adalah :
Dari hasil perhitungan Z-score dengan empat indikator dan hasil data pengamatan yang didapat dari buku GPA ditemukan hasilnya, yaitu Abdul Gani memiliki status gizi normal.

3.2  Intervensi
Memberikan konsultasi kepada ibu Murni untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada Gani. Dan memberikan MPASI bila Gani telah berumur lebih dari 6 bulan.
        Terapi Edukasi
-          Tujuan
Adapun tujuan diadakannya konsultasi ini adalah mempertahankan status gizi baik pada Abdul Gani.     
Jangka Pendek                        :   1. Memberikan asupan gizi yang tidak berlebihan untuk balita.
Jangka Panjang           : 1. Mengatur pola makan seimbang dan sesuai dengan pertambahan usianya
-          Sasaran                        : Orang tua Abdul Gani
-          Waktu                         : ± 30 menit
-          Tempat                        : Posyandu Ramin III
-          Metode                        : Ceramah, Tanya jawab
-          Alat bantu                   : Buku GPA dan KMS
-          Materi konsultasi         : Pola Makan Anak dan Status Pertumbuhan
-          Evaluasi                       :
Diberikan pertanyaan sebagai feed back bahwa orang tua Gani memahami serta menjalankan anjuran yang diberikan, dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
a. Berapa umur anak ibu sekarang ?
b. Apakah anak ibu masih menyusui ?
c. Dari umur berapa anak ibu di beri ASI ?
d. Selain ASI apakah ibu juga memberikan MPASI ?
e.  MPASI yang seperti yang apa ibu berikan ?



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran antropometri yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Status gizi Gani berdasarkan indikator BB/U, PB/U, BB/PB, dan IMT/U masuk kedalam kategori status gizi normal.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada orangtua Gani yaitu :
-          Sebaiknya ibu tetap memberikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan.
-          Sebaiknya ibu membawa anaknya ke posyandu setiap bulan.


DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G, (2010), Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita: EGC. Jakarta
Arisman. (2010), Gizi Dalam Daur Kehidupan: EGC. Jakarta
Barasi, M. E, (2007), At A Glance Ilmu Gizi: Erlangga. Surabaya
Baziad, Ali. (2003), Menopause dan Andropause: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Baziad, Ali. (2010), Waspadai Menopause Dini. http://m.okezone.com diakses pada 7 Pebruari 2011
Lestari, D. (2010), Seluk Beluk Menopause: Gara Ilmu. Jogjakarta
Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. (2008), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Salemba Medika. Jakarta
Paath, E. F. (2005), Gizi Dalam Kespro: EGC. Jakarta
Prawirohardjo, S. (2005), Ilmu Kandungan: Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka.
Sugiyono. (2007), Statistika Untuk Penelitian: Alfabeta. Bandung
Supariasa, I.D.N. (2002), Penilaian Status Gizi: EGC. Jakarta                       
Tirtawinata, T.C. (2006), Makanan Dalam Prespektif Al Qur’an dan Ilmu Gizi: FKUI. Jakarta
Utama, H. (2006), Gizi Sehat Untuk Perempuan: FKUI. Jakarta
Varney, H. (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan: EGC. Jakarta